Hari ini saya ingin membahas sedikit mengenai dunia usaha atau wiraswasta. Satu soal kecil saja, yaitu memilih nama usaha.
Dalam dunia bisnis, nama sangat penting. Bukan asal pilih dan jelas tidak sesuai dengan ungkapan terkenal Shakespeare “apalah arti sebuah nama”. Nama ini dalam konteks manajemen pemasaran dikenal sebagai brand atau merek.
Bila Anda perhatikan, yang dikenal orang adalah brand, bukanlah nama perusahaan pembuatnya. Jarang yang tahu kalau Anggur kolesom cap Orang Tua dan biskuit Tango, yang produk dan segmentasinya jelas berbeda, ternyata dibuat oleh perusahaan yang sama: PT Artha Boga Cemerlang. Ini hanya satu contoh ekstrem. Jadi harap diperhatikan bahwa satu perusahaan yang sama bisa memproduksi brand berbeda. Ia cukup meletakkannya dalam divisi. Bila kemudian ternyata dipandang perlu, bisa saja divisi tadi dimekarkan menjadi anak perusahaan. Tapi tetap sah saja kalau dibiarkan tetap dalam divisi misalnya demi alasan efisiensi.
Yang saya perhatikan, rekan-rekan usahawan yang baru mulai tidak memperhatikan adagium dasar dalam manajemen pemasaran yang dikenal dengan Unique Selling Proposition (USP). Lupakan dulu provokasi para motivator yang menganggap itu sudah basi. Nyatanya, ‘teori basi’ ini tetap dipakai semua ahli pemasaran. Dalam teori ini, sebelum menentukan usaha, Anda harus mampu menjelaskan dalam satu kalimat apa yang menjadikan produk Anda unik sehingga layak dijual. Jadi, nama Anda harus menunjukkan keunikan dibanding produk atau jasa sejenis.
Apa yang kerap terjadi, banyak teman yang baru memulai usaha ingin cepat terkenal. Tapi terkenal secara pribadi bukan produknya. Ia memilih nama dirinya sendiri sebagai nama usaha. Ini sebenarnya boleh saja, asal didahului riset. Honda, Toyota, Ford, adalah nama-nama pendiri perusahaan tersebut. Tapi ada pula Microsoft, IBM, LG, atau Guess yang bukan nama pendirinya. Jadi, apa parameternya nama Anda bisa dipakai atau tidak sebagai nama usaha?
Buat saya, kalau kita adalah penemu atau inovator sesuatu yang kita jual, boleh dan amat kuat kalau nama kita jadi merek. Misalnya kalau seorang bernama Sastro adalah penemu roket dengan blue energy (yang kemarin ternyata bohong itu), maka ia akan bagus memakai namanya sebagai merek. Maka perusahaannya bisa saja bernama Sastro Rocket Inc.
Tapi kalau kita cuma pedagang atau menjual barang produksi atau hasil rakitan dari perusahaan lain, alangkah baiknya memakai nama barang atau jasa yang kita jual itu. Atau minimal berasosiasi atau berhubungan dengan barang atau jasanya. Misalnya kita berdagang komputer, cari nama yang berbau “high-tech” (jadi ingat Pak Habudi-nya Republik BBM). Jangan pakai nama Combro Computer. Meski sama-sama ada “Com”-nya.:)
Tentu saja, kalau nama perusahaan, Anda bisa menggunakan nama apa saja yang Anda anggap ‘hoki’ atau membawa keberuntungan. Jadi nama PT Bendot Berjaya Abadi sah saja digunakan untuk memproduksi biskuit merek “Mak Glek”. Yang penting, dengan nama brand Anda, akan memudahkan konsumen untuk mengingatnya. Inilah yang diincar oleh semua prinsipal saat diadakan survei mengenai Top of Mind Brand Name.